BAB II
PEMBAHASAN
1.1
ASAL USUL
Ethiopia terletak di belahan Afrika Bagian Timur
(Tanduk Afrika), dahulu terkenal dengan nama Habsyi atau Abyssinia, mempunyai
keunikan luar biasa, karena ditengarai bahwa negara ini didirikan oleh
keturunan Nabi Sulaiman dan Ratu Saba pada tahun 500 sebelum Masehi. Ratu SABA
(Queen Sheba) dilahirkan di Aksum, Ethiopia, bukan di Yaman sebagaimana dikenal
selama ini. Cerita tentang Ratu Saba juga diabadikan dalam kitab suci al-Qur’an
sebagaimana dikandung dalam surat As-Saba’ (surat 34 : 54 ayat).
Geografi dan Penduduk Ethiopia berbatasan
dengan Somalia, Kenya, Sudan, Eritrea dan Djibouti, dengan luas wilayah
1.127.127 km2. Beriklim tropik basah. Hasil tambang utama adalah emas, platina,
tembaga, gas alam, dan potassium. Jumlah penduduknya sekitar 66.557.553 orang,
dengan angka pertumbuhan rata-rata per-tahun 1,96%, angka kelahiran 39,81
per-1000, sedangkan angka kematian 20,17 per-1000. Penduduk Etiopia terdiri
dari bermacam-macam suku antara lain Oromo (40%, Amhara dan Tigre 32%, Sidamo
9%, Shankella 6%, Somali 6%, Afar 4%, Gurage 2%, lain-lain 1%. Jumlah penganut
Islam 45-50%, Kristen (Ethipian Orthodox) 35-40%, Animisme dan lain-lain 20%.
Bahasa nasionalnya adalah Amharic, ditambah dengan bahasa lokal: Tigrinya,
Oromigna, Guaragigna, Somali, Arab. Bahasa Inggris dipergunakan pada sekolah
dan universitas.1
Kesultanan Adal
Kesultanan Adal berdiri pada abad tahun
1420 M. Kesultanan Muslim itu berpusat di sebelah barat laut Somalia. pada masa
kejayaannya, Kesultanan Adal sempat menguasai sebagian besar wilayah Ethiopia
serta Somalia. Di bawah kepemimpinan Sultan Ahmad bin Ibrahim Al-Ghazi,
Kesultanan Adal pada tahun 1527 M berhasil menaklukan Ethopia dari kekuasaan
Dinasti Solomonic. Sejarawan IM Lewis mengungkapkan, kekuatan pasukan
kesultanan ini didukung oleh pasukan tentara yang berasal dari etnis Somalia.
Kesultanan Adal mampu bertahan hingga tahun 1560 M.
Sebelum 1288, Adal merupakan sebuah provinsi Muslim yang berada dalam genggaman
Dinasti Solomonic Kristen. Namun, kekuasaan dinasti Nasarani itu memudar
setelah umat Islam di wilayah itu melakukan pemberontakan dan kemudian
mendirikan kesultanan sendiri.